Menurut Bannet (1991) dan Jacobs (1996)
karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.
Saling Ketergantungan secara Positif
Saling ketergantungan secara Positif adalah
perasaaan antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam kelompok
tersebut. Saling ketergntungan secra positif berarti bahwa anggota-anggota
kelompok merasakan bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” (Bennet,
1991; Jacob, 1999; Jacob, 1996). Cara-cara mempromosikan saling lketergantungan
secara positif dalam kelompok meliputi: tujuan, penghargaan, peranan, sumber,
dan identitas.
2.
Tanggung Jawab Individu
Satu hal yang sering terjadi pada saat siswa bekerja
dalam kelompok alah adanya beberapa anggota kelompok yang mengakhiri semua
pekerjaannya, hal ini dapat terjadi karena beberapa siswa mencoba menghindari
bekerja atau karena yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi
mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi dan belajar adalh
suatu unsur yang sangat real dalam pembelajaran kooperatif
3.
Pengelompokkan secara Heterogen
Beberapa pakar pembelajaran kooperatif
merekomedasikan bahwa pengelompokkan para siswa secara heterogen menurut
prestasi, kecerdaasan, etnik, dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh guru.
Mencampurkan siswa berdasarkan prestasii didorong untuk mempromosikan sistem
tutur teman sebaya, mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah dengan model
kebiasaan yang baik, dan memperbaiki hubungan antar para siswa.
4.
Ketrampilan-ketrampilan Kolaboratif
Ketrampilan-keterampilan kolaboratif sangat penting
dimiliki oleh siswa tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi
maksimal di sekolah, tetapi juga untuk mencapai sukses dalam karir di lusr
sekolah bersama teman dan keluarga mereka maupun dengan orang lain.
5.
Pemrosesan Interaksi Kelompok
Merupakan waktu yang diberikan sebagai kesempatan
bagi siswa mendiskusikan bahgaimana kelompok mereka bekerjasama. Pemrosesan
innteraksi kelompok ini membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi dengan
lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan selama atau di akhir kegiatan,
Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek
(Jacob, 1996). Pertama, menjelaskan tentang keberfundian kelompok. Kedua,
kelompok akan mendiskusikan apakah interaksi mereka perlu diperbaiki.
6.
Interaksi Tatap Muka (face-to-face
interaction)
Para siswa akan berinteraksi secara langsung antara
satu dengan yang lain sementara mereka bekerja. Mereka mungkin berkomunikasi
secara verbal dan/ atau nonverbal. Interaksi akan terjadi antar siswa. Ketika
para siswa ditanyakan untuk bekerja secara independen untuk seperangkat
masalah, mereka secara real mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan
kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jaawaban tersebut.
Teknik ini mencirikan interaksi tatap muka, yang sekaligus membedakannya dengan
iklim pemnbelajaran individualistik.
No comments:
Post a Comment